Rabu, 20 Januari 2016

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN LABORATORIUM BERBASIS KEMAMPUAN GENERIK SAINS BAGI CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN LABORATORIUM BERBASIS KEMAMPUAN GENERIK SAINS BAGI CALON GURU FISIKA

Yanuarius Darwin Tosong

Salah satu permasalahan penting dalam pembelajaran IPBA bidang Fisika adalah rendahnya kualitas pembelajaran pada berbagai jenjang pendidikan. Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar Fisika dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah mutu guru. Hal ini tidak terlepas dari proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Dalam pengembangan profesional guru, harus diberikan keterampilan laboratorium, sehingga calon guru dapat mengembangkan pengetahuan, pengertian dan kecakapannya. Sebagai mana dinyatakan oleh McDermot (1990) bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi rendahnya kinerja pendidikan sains adalah kurangnya guru-guru yang dipersiapkan dengan baik.
Fisika sebagai bagian dari sains, seharusnya dibelajarkan melalui kegiatan laboratorium, yang meliputi keterampilan laboratorium dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium. Karena, kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar (Rustaman et al., 2005). Tetapi, kenyataan di lapangan, pembelajaran Fisika di sekolah-sekolah umumnya bersifat teoritis, melalui ceramah, diskusi, dan penyelesaian soal, tanpa eksperimen ataupun demonstrasi (Depdiknas, 2002). Pada umunya proses perkuliahan IPBA di Jurusan Fisika pada LPTK diberbagai perguruan tinggi pembelajaran bidang Fisika didominasi oleh ceramah, studi pustaka dan penugasan.
Melalui kegiatan laboratorium diharapkan mahasiswa memiliki hasil belajar sains berupa kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya atau lebih dikenal sebagai kemampuan generik sains. Selain itu, juga dapat ditingkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains (Brotosiswoyo, 2000). Lebih lanjut Brotosiswoyo menyatakan bahwa kemampuan generik sains yang perlu dibekalkan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan laboratorium diantaranya kemampuan melakukan pengamatan langsung dan tak langsung, bahasa simbolik, kesadaran akan skala, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan dan hal-hal lain yang melandasinya. Oleh karena itu, kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penulisan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah efektifitas PKL-BKGS dalam mengembangkan keterampilan laboratorium calon guru fisika? (2) Bagaimanakah efektifitas PKL-BKGS dalam meningkatkan kemampuan generik sains calon guru fisika? (3) Bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap penerapan PKL-BKGS? Adapun tujuan penulisan ini adalah menghasilkan suatu Program Pembelajaran Keterampilan Laboratorium Berbasis Kemampuan Generik Sains (PKL-BKGS) bidang Fisika, yang mengkondisikan mahasiswa agar memperoleh pengalaman-pengalaman merancang, melaksanakan dan melaporkan keterampilan laboratorium, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan generik sainsnya.
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini antara lain: (1) memberi suatu alternatif model pembekalan keterampilan laboratorium Fisika dalam upaya meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains calon guru, (2) memberi suatu kerangka pemikiran dalam rangka perbaikan pendidikan guru fisika di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), (3) Memberi pengalaman langsung kepada calon guru fisika dalam melaksanakan praktikum Astronomi, yang direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan sendiri. (4) Sebagai bahan kajian dalam merevisi kurikulum program studi fisika, agar perkuliahan IPBA bidang Fisika tidak hanya teori saja, tetapi juga mengalokasikan sks untuk kegiatan laboratorium.
Secara teoritis, melalui kegiatan laboratorium aspek produk, proses, dan sikap dapat lebih dikembangkan. Praktikum atau kegiatan laboratorium merupakan kegiatan istimewa yang berfungsi untuk melatih dan memperoleh umpan balik serta meningkatkan motivasi belajar siswa (Utomo dan Ruijter, 1990; Lim, 2007). Pembelajaran melalui kegiatan laboratorium tidak hanya meningkatkan ranah psikomotorik siswa, tetapi juga kognitif dan afektif. Seperti dinyatakan oleh Pabelon & Mendosa (2000), bahwa: “Kerja laboratorium berperan dalam mengembangkan kognitif, psikomotor, dan afektif”. Dengan demikian melalui pembekalan kegiatan laboratorium diharapkan dapat meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh  Ni Made Pujani  Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha menunjukkankan bahwa respon mahasiswa terhadap model pembelajaran berbasis laboratorium adalah positif terhadap pembelajaran yang diterapkan. Tetapi permasalahannya adalah kemampuan mahasiswa yang sangat bervariasi, sehingga bagi yang kurang mampu akan mengalami kendala lebih besar dalam pembekalan ini terutama pada saat merancang kegiatan laboratorium. Lebih lanjut, laporan diketahui bahwa PKL-BKGS efektif dalam mengembangkan keterampilan laboratorium Fisika calon guru. Hal ini disebabkan karena PKL-BKGS melibatkan mahasiswa secara aktif untuk mengembangkan keterampilannya dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium IPBA. Karena semua kegiatan itu dilatihkan secara langsung dan berulang sampai semua topik kegiatan laboratorium selesai, maka mahasiswa akan mampu menguasai keterampilan tersebut. Mahasiswa juga akan terbiasa belajar secara mandiri, sehingga akan mampu menguasai keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mengelola kegiatan laboratorium, yang akan bermanfaat sebagai bekal untuk mengajar di SMP/SMA kelak setelah menjadi guru. Oleh karena itu, setelah selesai perkuliahan, keterampilan laboratorium mahasiswa calon guru akan meningkat.
Efektivitas PKL-BKGS dalam meningkatkan kemampuan generik sains mahasiswa disebabkan antara lain, pelatihan keterampilan merancang praktikum salah satu komponennya adalah mengidentifikasi kemampuan generik sains yang melandasi praktikum. Dengan melaksanakan keterampilan laboratorium mahasiswa berlatih melakukan pengamatan, menyadari tentang skala besaran melalui kegiatan pengukuran, menarik kesimpulan berdasarkan hasil-hasil pengamatan. Kegiatan praktikum dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar IPA, mengembangkan keterampilan dasar dalam melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, serta dapat menunjang materi pelajaran (Woolnough dan Allsop dalam Rustaman et al., 2005).
Dengan meningkatkan  komponen Kemampuan Generik Sains (KGS), maka diharapkan dapat melatih keterampilan laboratorium yang akan membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dan keterampilan lainnya. Akibatnya mahasiswa dapat mentransfer kemampuannya untuk memudahkan mempelajari bidang yang lain. Kemampuan generik sains merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki calon guru, dapat diterapkan pada berbagai bidang (Gibb, 2002). Bila kemampuan ini sudah dimiliki oleh mahasiswa calon guru fisika dan sering diterapkan dalam pemecahan masalah, maka diharapkan mereka akan memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Hal ini tentunya akan sangat berguna bagi calon guru sebagai bekal untuk mengajarkan fisika khususnya IPBA bidang Kebumian dengan lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut. (1) PKL-BKGS efektif dalam mengembangkan keterampilan laboratorium mahasiswa, khusunya dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium Fisika. (2) PKL-BKGS efektif dalam meningkatkan kemampuan generik sains mahasiswa, dan (3) Respon mahasiswa terhadap penerapan PKL-BKGS, adalah positif
Program Pembelajaran Keterampilan Laboratorium yang dilakukan dalam penelitian ini disarankan untuk dapat diteliti dan dikembangkan pada mata kuliah praktikum fisika lainnya yang membutuhkan penguasaan keterampilan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Brotosiswoyo, B.S. (2000). “Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi”. Dalam Hakekat Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Disusun oleh Tim Penulis Pekerti Bidang MIPA. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Depdiknas.
Depdiknas. (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pedoman Studi Undiksha. (2009). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Pujani, N.M., dan Liliasari. (2011). Deskripsi Hasil Analisis Pembelajaran IPBA sebagai Dasar Pengembangan Kegiatan Laboratorium Bagi Calon Guru. “Prosiding Seminar Nasional Pendidikan”. Bandar Lampung 29-30 Januari 2011. ISBN: 978-979-3262-04-8.

Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani K., M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani K., M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).