PENGEMBANGAN KETERAMPILAN LABORATORIUM BERBASIS KEMAMPUAN GENERIK SAINS BAGI CALON GURU FISIKA
Yanuarius Darwin Tosong
Salah satu permasalahan penting dalam pembelajaran IPBA
bidang Fisika adalah rendahnya kualitas pembelajaran pada berbagai jenjang
pendidikan. Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar Fisika dipengaruhi
banyak faktor, salah satunya adalah mutu guru. Hal ini tidak terlepas dari
proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK). Dalam pengembangan profesional guru, harus diberikan keterampilan
laboratorium, sehingga calon guru dapat mengembangkan pengetahuan, pengertian
dan kecakapannya. Sebagai mana dinyatakan oleh McDermot (1990) bahwa salah satu
faktor penting yang mempengaruhi rendahnya kinerja pendidikan sains adalah
kurangnya guru-guru yang dipersiapkan dengan baik.
Fisika sebagai bagian dari sains, seharusnya dibelajarkan
melalui kegiatan laboratorium, yang meliputi keterampilan laboratorium dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan
kegiatan laboratorium. Karena, kegiatan laboratorium merupakan bagian
integral dari kegiatan belajar mengajar (Rustaman et al., 2005). Tetapi,
kenyataan di lapangan, pembelajaran Fisika di sekolah-sekolah umumnya bersifat
teoritis, melalui ceramah, diskusi, dan penyelesaian soal, tanpa eksperimen
ataupun demonstrasi (Depdiknas, 2002). Pada umunya proses perkuliahan IPBA di Jurusan
Fisika pada LPTK diberbagai perguruan tinggi pembelajaran bidang Fisika
didominasi oleh ceramah, studi pustaka dan penugasan.
Melalui kegiatan laboratorium diharapkan mahasiswa memiliki
hasil belajar sains berupa kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan
pengetahuan sains yang dimilikinya atau lebih dikenal sebagai kemampuan generik
sains. Selain itu, juga dapat ditingkatkan penguasaan konsep, keterampilan
berpikir tingkat tinggi dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk
mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains (Brotosiswoyo,
2000). Lebih lanjut Brotosiswoyo menyatakan bahwa kemampuan generik sains yang
perlu dibekalkan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan laboratorium
diantaranya kemampuan melakukan pengamatan langsung dan tak langsung, bahasa
simbolik, kesadaran akan skala, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan
dan hal-hal lain yang melandasinya. Oleh karena itu, kemampuan generik sains
merupakan kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan
dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan penulisan
sebagai berikut: (1) Bagaimanakah efektifitas PKL-BKGS dalam mengembangkan
keterampilan laboratorium calon guru fisika? (2) Bagaimanakah efektifitas PKL-BKGS
dalam meningkatkan kemampuan generik sains calon guru fisika? (3) Bagaimanakah
tanggapan mahasiswa terhadap penerapan PKL-BKGS? Adapun tujuan penulisan ini
adalah menghasilkan suatu Program Pembelajaran Keterampilan Laboratorium Berbasis
Kemampuan Generik Sains (PKL-BKGS) bidang Fisika, yang mengkondisikan mahasiswa
agar memperoleh pengalaman-pengalaman merancang, melaksanakan dan melaporkan
keterampilan laboratorium, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan
generik sainsnya.
Manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan ini antara lain:
(1) memberi suatu alternatif model pembekalan keterampilan laboratorium Fisika
dalam upaya meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains
calon guru, (2) memberi suatu kerangka pemikiran dalam rangka perbaikan
pendidikan guru fisika di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), (3)
Memberi pengalaman langsung kepada calon guru fisika dalam melaksanakan
praktikum Astronomi, yang direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan sendiri. (4)
Sebagai bahan kajian dalam merevisi kurikulum program studi fisika, agar
perkuliahan IPBA bidang Fisika tidak hanya teori saja, tetapi juga
mengalokasikan sks untuk kegiatan laboratorium.
Secara teoritis, melalui kegiatan laboratorium aspek produk,
proses, dan sikap dapat lebih dikembangkan. Praktikum atau kegiatan
laboratorium merupakan kegiatan istimewa yang berfungsi untuk melatih dan
memperoleh umpan balik serta meningkatkan motivasi belajar siswa (Utomo dan
Ruijter, 1990; Lim, 2007). Pembelajaran melalui kegiatan laboratorium tidak
hanya meningkatkan ranah psikomotorik siswa, tetapi juga kognitif dan afektif.
Seperti dinyatakan oleh Pabelon & Mendosa (2000), bahwa: “Kerja
laboratorium berperan dalam mengembangkan kognitif, psikomotor, dan afektif”.
Dengan demikian melalui pembekalan kegiatan laboratorium diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains mahasiswa.
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
menunjukkankan bahwa respon mahasiswa terhadap model pembelajaran berbasis
laboratorium adalah positif terhadap pembelajaran yang diterapkan. Tetapi
permasalahannya adalah kemampuan mahasiswa yang sangat bervariasi, sehingga
bagi yang kurang mampu akan mengalami kendala lebih besar dalam pembekalan ini
terutama pada saat merancang kegiatan laboratorium. Lebih lanjut, laporan diketahui
bahwa PKL-BKGS efektif dalam mengembangkan keterampilan laboratorium Fisika
calon guru. Hal ini disebabkan karena PKL-BKGS melibatkan mahasiswa secara
aktif untuk mengembangkan keterampilannya dalam merancang, melaksanakan dan
melaporkan kegiatan laboratorium IPBA. Karena semua kegiatan itu dilatihkan
secara langsung dan berulang sampai semua topik kegiatan laboratorium selesai,
maka mahasiswa akan mampu menguasai keterampilan tersebut. Mahasiswa juga akan
terbiasa belajar secara mandiri, sehingga akan mampu menguasai
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mengelola kegiatan
laboratorium, yang akan bermanfaat sebagai bekal untuk mengajar di SMP/SMA
kelak setelah menjadi guru. Oleh karena itu, setelah selesai perkuliahan,
keterampilan laboratorium mahasiswa calon guru akan meningkat.
Efektivitas PKL-BKGS
dalam meningkatkan kemampuan generik sains mahasiswa disebabkan antara lain,
pelatihan keterampilan merancang praktikum salah satu komponennya adalah
mengidentifikasi kemampuan generik sains yang melandasi praktikum. Dengan
melaksanakan keterampilan laboratorium mahasiswa berlatih melakukan pengamatan,
menyadari tentang skala besaran melalui kegiatan pengukuran, menarik kesimpulan
berdasarkan hasil-hasil pengamatan. Kegiatan praktikum dapat membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar IPA, mengembangkan keterampilan dasar dalam
melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah, serta dapat
menunjang materi pelajaran (Woolnough dan Allsop dalam Rustaman et al.,
2005).
Dengan
meningkatkan komponen Kemampuan Generik
Sains (KGS), maka diharapkan dapat melatih keterampilan laboratorium yang akan
membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dan
keterampilan lainnya. Akibatnya mahasiswa dapat mentransfer kemampuannya untuk
memudahkan mempelajari bidang yang lain. Kemampuan generik sains merupakan
kemampuan dasar yang perlu dimiliki calon guru, dapat diterapkan pada berbagai
bidang (Gibb, 2002). Bila kemampuan ini sudah dimiliki oleh mahasiswa calon
guru fisika dan sering diterapkan dalam pemecahan masalah, maka diharapkan
mereka akan memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Hal ini tentunya
akan sangat berguna bagi calon guru sebagai bekal untuk mengajarkan fisika
khususnya IPBA bidang Kebumian dengan lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pemaparan
diatas, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut. (1) PKL-BKGS efektif dalam
mengembangkan keterampilan laboratorium mahasiswa, khusunya dalam merancang,
melaksanakan dan melaporkan kegiatan laboratorium Fisika. (2) PKL-BKGS efektif
dalam meningkatkan kemampuan generik sains mahasiswa, dan (3) Respon mahasiswa
terhadap penerapan PKL-BKGS, adalah positif
Program
Pembelajaran Keterampilan Laboratorium yang dilakukan dalam penelitian ini
disarankan untuk dapat diteliti dan dikembangkan pada mata kuliah praktikum
fisika lainnya yang membutuhkan penguasaan keterampilan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Brotosiswoyo,
B.S. (2000). “Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi”. Dalam Hakekat
Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi.
Disusun oleh Tim Penulis Pekerti Bidang MIPA. Jakarta: Proyek Pengembangan
Universitas Terbuka. Depdiknas.
Depdiknas.
(2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21
(SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pedoman Studi
Undiksha. (2009). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Pujani, N.M.,
dan Liliasari. (2011). Deskripsi Hasil Analisis Pembelajaran IPBA sebagai Dasar
Pengembangan Kegiatan Laboratorium Bagi Calon Guru. “Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan”. Bandar Lampung 29-30 Januari 2011. ISBN:
978-979-3262-04-8.
Rustaman,
N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Rochintaniawati, D., dan Nurjhani K., M. (2005). Strategi Belajar Mengajar
Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Rochintaniawati, D., dan Nurjhani K., M. (2005). Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).. Malang: Universitas
Negeri Malang (UM Press).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar